"Ojo gumunan, ojo getunan, ojo kagetan, ojo ngaleman"
Kalimat di atas merupakan salah satu filosofi jawa
yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga, sekaligus menjadi tamparan keras bagi saya
pribadi ketika berkunjung di salah satu wisata yang ada di kota Gresik dan bagi
para pembaca pada umumnya. “Ojo gumunan, ojo getunan, ojo kagetan, ojo ngaleman”
yang dikemas dalam bahasa jawa tersebut memiliki arti “Jangan mudah kagum,
jangan mudah menyesal atau terkejut, jangan manja”. Setelah membaca beberapa buku sejarah dengan tambahan
artikel tentang filosofi ini, penulis mengemas makna terdalam yang tersembunyi
dalam kalimat tersebut dan akan mencoba untuk menjabarkannya satu per satu sebagai
berikut:
“Ojo gumunan”. Sebagai manusia kita mendapat pesan
agar tidak mudah kagum atau heran dengan
sesuatu. Sesuatu yang tersebut yakni segala macam peristiwa yang terjadi di
dunia ini. Manusia yang mudah kagum dengan sesuatu maka akan dengan mudah pula
tertipu dengan penampilan luar atau fisik dari sesuatu tersebut. Satu hal yang
perlu digaris bawahi adalah berhati hatilah dalam menilai sesuatu dan jangan
mudah terbawa oleh arus.
“Ojo getunan". Sebagai manusia kita mendapat pesan
agar tidak mudah merasa menyesal atau getun (jawa) atas sesuatu yang telah
terjadi pada kehidupan kita, terlebih pada sesuatu yang hadirnya tidak sesuai dengan
harapan kita. Manusia yang mudah getun, dia akan mudah sekali tersinggung oleh
sesuatu disekitarnya, akan sensitive, dan sangat sulit untuk mengendalikan
emosi dalam dirinya, secara tidak langsung pun akan mudah melahirkan negative vibes
dan mood yang naik turun (tidak stabil) dalam kehidupan sehari harinya. Satu hal yang
perlu digaris bawahi adalah ikhlaskan semua yang terjadi walau tak sesuai
dengan apa yang kita harapkan, karena Tuhan selalu memberikan yang terbaik
kepada hamba-Nya. Terimalah secara perlahan takdir yang sedang berlangsung
dalam kehidupan kita, sepahit apapun itu pasti masih terdapat hikmah dibalik
semua yang terjadi.
“Ojo kagetan”. Sebagai manusia kita mendapat pesan
agar tidak mudah terkejut dengan sesuatu yang terjadi atau yang sedang kita
hadapi. Jangan mudah panik dengan kondisi baru yang sebelumnya belum pernah
kita temui atau rasakan. Stay enjoy, stay calm, kita tidak boleh gegabah dalam
menyikapi suatu hal sensitif yang terjadi disekeliling kita. Karena ketika kita
menyikapi dengan gegabah maka emosi dalam jiwa akan meluap, kehilangan kendali,
alur berpikir tidak terarah, dan sudah pasti kita tidak memikirkannya dengan
matang. Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah stay calm dalam segala
kondisi.
“Ojo ngaleman”. Sebagai manusia kita mendapat pesan
agar tidak manja, cengeng. Satu contoh yang tidak asing di era digital saat ini
yakni mengumbar kesedihannya dengan maksud mengadu pada orang lain melalui
insta story di media social. Apa untungnya ketika kita mengadu pada orang lain?
Kecuali pada keluarga atau orang terdekat yang memang bisa memberikan kita
solusi, itupun tidak harus melalui insta story bukan?. Cara yang paling efektif
ketika kita ingin mengadu masalah atau kesulitan kita ya hanya pada pemilik
semesta pengatur hidup dan kehidupan kita, yakni Allah SWT. Temui DIA di
sepertiga malam, ceritakan semuanya, mintalah solusi, berdoalah yang baik baik,
sesungguhnya DIA Maha Mendegar dan Maha segalanya. Selanjutnya penulis pribadi
menangkan pesan bahwa sebagai manusia kita tidak boleh manja dalam artian
selalu bergantung pada orang lain dan belum bisa mandiri atau menyelesaikan
segala macam problematika kehidupannya sebelum ia mencoba untuk menyelesaikannya
terlebih dahulu.
Penulis pribadi merasakan bahwa filosofi bijak dari
Sunan Kalijaga di atas menjadi sebuah alarm tersendiri untuk diri kita dalam menjalani proses hidup
dan kehidupan ini. Semoga pembaca bisa merasakan hal yang sama setelah membaca
tlisan ini dan semoga perlahan bisa kita terapkan dalam dunia nyata. Tentunya ada
banyak persepsi yang berbeda dalam
memaknai suatu hal dari sudut pandang kita masing masing. Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar